Sunday 31 August 2014

Tutup Aurat Bukan Tutup Hati

Menggunakan hijab atau kebanyakan orang Indonesia bilang "berjilbab" adalah suatu kewajiban yang harus dipatuhi oleh setiap wanita muslim (muslimah). Hal ini sudah tertera cukup jelas di Al-Quran. Namun kenyataannya, sering kita lihat di Indonesia, banyak sekali wanita yang mengaku muslimah tetapi enggan menggunakan jilbab dalam kehidupan sehari-hari. Mereka hanya menggunakannya hanya untuk keperluan salat saja.

Sebagian dari mereka menganggap memakai jilbab secara fisik bukanlah hal penting. Bagi mereka yang penting adalah "menjilbabkan" hati terlebih dahulu. Banyak yang beranggapan bahwa masih banyak wanita yang memakai jilbab namun kelakuan mereka buruk, sehingga pemakaian jilbab tersebut dianggap sia-sia. Sekarang mari kita cermati, bagaimana jika disebutkan bahwa yang tidak berjilbab pun banyak yang berkelakuan buruk? Tentu akan tercipta dua perbandingan, antara berjilbab dengan perilaku buruk vs tidak berjilbab dengan perilaku buruk.

Lantas jika keduanya berperilaku buruk, apa yang harus disimpulkan? Tentulah kita mencari yang terbaik, sekalipun yang ada diantara keburukan. Dalam hal ini, seseorang yang berjilbab namun berkelakuan buruk tentulah sedikit lebih baik bila dibandingkan dengan yang tidak berjilbab dan berkelakuan buruk pula. Kenapa demikian? Karena setidaknya yang berjilbab sudah melaksanakan sebuah KEWAJIBAN yang langsung diperintahkan oleh Tuhannya.

Sekarang bila kita melihat seseorang dari perilakunya saja, tentunya tidak ada manusia di jaman modern ini yang sempurna. Setiap orang tentu pernah berbuat salah/khilaf. Dari sini kita bisa melihat bahwa relevansinya tidaklah terlalu besar bila kita menghubungkan antara memakai jilbab dengan sikap/kelakuan. Walaupun di satu sisi, alangkah lebih baik jika yang berjilbab/sudah berjilbab mulai memperbaiki perilaku. Tidak perlu terburu-buru, perlahan-lahan saja namun mantap. 


Memang harus diakui, sikap dan perilaku adalah hal yang utama bagi setiap insan manusia. Tentulah bila seorang wanita yang berjilbab dan berkelakuan baik akan memiliki nilai plus tersendiri. Bagaimanapun juga, pakaian yang mencerminkan sikap tentulah sangat baik guna menjaga perilaku pemakainya. Ambil contoh, pakaian tentara atau polisi jelas tidak boleh dipakai oleh masyarakat umum. Karena dikhawatirkan masyarakat umum tidak mampu bersikap dan bertindak layaknya tentara atau polisi yang sudah disumpah. Walaupun ada juga diantara mereka yang melanggar sumpah.

Pun sama halnya dengan jilbab. Sama disini lebih kearah serupa tapi tak sama. Jilbab boleh dipakai oleh siapa saja. Tetapi jelas sangat diharapkan bagi mereka yang memakainya bisa bersikap layaknya seorang wanita yang mematuhi ajaran agamanya dengan benar. Tidak hanya dari cara berpakaian tetapi juga dari sikap dan perilaku. Dan sama halnya dengan tentara atau polisi yang melanggar sumpah, tentu ada juga beberapa wanita berjilbab yang tak luput dari kesalahan.


Satu hal yang WAJIB DIINGAT adalah berjilbab bukan berarti karena ingin dipuji orang atau karena kita ingin dikira oleh orang lain sebagai orang yang baik, melainkan karena kita tunduk kepada ketetapan  Allah SWT. 


"Kalau masih mau menjilbabkan hati, yaaa, ke dokter bedah dulu kalee. Mahal tuh biaya operasinya. Belum lagi ada biaya konsultasi dan obat-obatan pasca operasi. Soalnya ga ditanggung sama BPJS"

So, muslimah-muslimah Indonesia, masih inginkah kalian menjadi wanita yang taat?  
The choice is yours :)

Monday 14 July 2014

Masakan Padang: Bungkus vs Makan Di Tempat



Kenapa nasi padang isinya lebih banyak kalau dibungkus? Sudah banyak pertanyaan dan jawaban tentang kenapa kalau kita beli nasi padang dengan dibungkus isinya jauh lebih banyak daripada kalau kita makan ditempat? Jawaban paling populer adalah karena dengan dibungkus, si penjual tidak perlu repot mencuci piring dan mengurangi biaya sabun cuci. Jawaban yang logis, tapi cenderung dipaksakan. 

Dibandingkan dengan biaya sabun, kalau dihitung-hitung, biaya nasi lebih jauh lebih besar. Ini tentu bertentangan dengan apa yang diketahui oleh masyarakat umum kalau orang Padang itu perhitungan, tapi ga semuanya lho . Jawaban seperti diatas tidak lebih jawaban ''asal'' dari si penjual karena mereka tidak tahu sejarah asal muasal dari pertanyaan di atas.

Ada sejarah dibalik kenapa kalau beli nasi padang isinya lebih banyak daripada makan ditempat, dan sejarah ini berawal sejak jaman penjajahan Belanda. Baiklah, mari kita mulai. Di propinsi Sumatera Barat dan sekitarnya (termasuk Pekanbaru), rumah makan disana tidaklah disebut dengan Rumah Makan Padang, melainkan RM Ampera. Jamak ditemui rumah makan disana diawali oleh kata Ampera kemudian barulah disusul dengan nama RM itu sendiri (RM Ampera Beringin, RM Ampera Siti Nurbaya, dll). Ampera sendiri adalah kepanjangan dari Amanat Penderitaan Rakyat.

Di masa penjajahan dulu, RM Padang termasuk RM yg ekslusif, hanya kaum penjajah dan para saudagar kaya saja yang bisa menikmati lezatnya rendang, gulai tunjang, kepala ikan kakap, dendeng, dan kawan-kawan. Kenapa bisa demikian? Dimasa penjajahan, daging dan beras termasuk komoditi mahal yg rakyat tidak selalu dapat membeli. Oleh karena itulah, harga makanan Padang menjadi mahal.

Para pengusaha RM Padang (pastinya orang Minang asli) sadar bahwa saudara mereka juga layak untuk menikmati makanan enak, terlebih lagi makanan khas daerah mereka sendiri. Lebih jauh lagi, mereka para pengusaha ini juga sadar, banyak dari saudara mereka bekerja sebagai buruh kasar untuk para penjajah dan saudagar kaya yang makan di RM mereka, dan saudara mereka ini membutuhkan tenaga dan gizi yg cukup untuk tetap selalu sehat dan bekerja menafkahi keluarga mereka masing-masing.

Entah siapa yang memulai, di suatu waktu, para pengusaha RM ini memberlakukan peraturan baru. Jumlah nasi yang dibeli dengan dibungkus isinya akan jauh lebih banyak daripada makan ditempat. Biaya makan ditempat dibebankan kepada para penjajah dan para saudagar kaya dan biaya makan dibungkus untuk para buruh dan para pribumi lain. Nah, itulah alasan kenapa jumlah nasi yang dibeli dengan dibungkus isinya akan jauh lebih banyak daripada makan ditempat.

Inilah yang sekarang disebut sebagai subsidi silang. Kebijakan ini oleh para pengusaha disebut dengan Ampera alias Amanat Penderitaan Rakyat. Inilah asalnya kenapa RM Padang di Sumatera Barat sana disebut dengan RM Ampera, walaupun sekarang ini ada juga beberapa RM lain yang tidak menggunakan nama Ampera (contoh: Kapau, Sederhana, dll).

RM Padang Sederhana, Salah Satu Merek Dagang RM Padang Ternama DI Indonesia
Spirit Ampera ini seperti yang kita lihat, masih terbawa sampai detik ini bahkan sudah menyebar diseluruh Indonesia. Saat ini, nyaris tidak ada tempat di Indonesia yang daerahnya tidak ada RM Padang. Semua pelosok ada. Semoga spirit Ampera ini terus ada sampai akhir zaman. Ini adalah penuturan dari salah satu anak dari pengusaha RM Beringin di kawasan Tabing kota Padang. Tentu, postingan ini bukan official, jadi masih bisa diperdebatkan kebenarannya de ngan teori lain, seperti misalnya,  Teori Ilusi Mata. Jumlah nasi yang dimakan di tempat lebih kecil adalah karena piringnya besar, sehingga terlihat sedikit, padahal kalau dibungkus isinya sama saja.

Tapi yang terpenting, terlepas dari apakah ini benar atau tidak, semoga kita bisa mengambil hikmah dari cerita di atas.

Urang Minang membuek kapa
Mamakai pancang kayu jo basia
Walau lamo tinggal Eropa
Jan tatuka Randang jo Pizza :D

Monday 30 June 2014

Belajar Dari Kosta Rika

Kesebelasan Nasional Kosta Rika
Musim 4 tahunan sepak bola telah tiba. Di ajang Piala Dunia yang diselenggarakan setiap 4 tahun ini, selalu ada saja tim-tim yang tak terduga. Pada ajang tahun 2014 ini di Brazil, salah satu tim tak terduga tersebut adalah Kosta Rika. Kenapa Kosta Rika? Bukankah ada tim lain juga yang tampil mengejutkan tahun ini? 
Memang benar, ada juga tim-tim lain seperti Belgia, Aljazair, dan Swiss, namun dari semua tim kejutan yang ada, Kosta Rika tampil paling memukau.

Salah satu alasan mengapa Kosta Rika bisa dikatakan tampil memukau adalah fakta bahwa Kosta Rika berada di grup D yang notabene adalah grup "maut". Bersama dengan Italia, Inggris, dan Uruguay, Kosta Rika diprediksi bakal menjadi sasaran empuk dari ketiga negara pemegang gelar juara dunia tersebut. Namun yang terjadi di fase kualifikasi sungguh diluar dugaan. Kosta Rika justru tampil sebagai juara grup setelah mengalahkan Italia dan Uruguay, lalu bermain imbang dengan Inggris, itu pun karena partai melawan The Three Lions memang sudah tidak berarti bagi Kosta Rika.

Salah satu faktor yang membuat Kosta Rika dapat bermain gemilang mungkin adalah dengan masuk ke grup D. Hal ini membuat mereka tampil dengan tenang sehingga tidak ada beban dari media, karena hampir semua media pun pasti memprediksi bahwa Kosta Rika akan menjadi juru kunci. Sebaliknya bagi tiga tim lain yang menyandang status juara dunia, mereka memiliki tekanan ketika melawan Kosta Rika karena jika tidak menang, maka sisa 2 pertandingan yang lain dapat dipastikan akan sangat berat.

Banyak yang dapat dipelajari dari tim berjuluk Los Ticos ini oleh kesebelasan nasional Indonesia. Salah satunya adalah semangat juang yang tinggi dan tidak takut menghadapi tim-tim ternama yang berstatus juara dunia sekalipun. Selain itu faktor ketenangan dan rendah diri mungkin juga dapat ditiru. Seperti yang kita tahu, beberapa kali ketika kesebelasan nasional Indonesia justru kalah ketika mereka mulai dipuja-puja oleh media massa dan masyarakat.

Dari segi teknis, Indonesia dapat belajar dari kedisiplinan dan kekompakan tim Kosta Rika yang menjadi kunci mereka untuk lolos ke babak 16 besar ajang Piala Dunia di Brazil tahun 2014 ini. Dan tentu saja seharusnya lebih mudah bagi Indonesia untuk mencari pemain yang bertalenta, mengingat Indonesia memiliki jumlah penduduk yang lebih, banyak dila dibandingkan dengan Kosta Rika.

Satu faktor lagi yang tak kalah pentingnya adalah faktor supporter. Bila semua supporter di Indonesia bisa bersatu dan terus mendukung kesebelasan nasional Indonesia baik dalam posisi kalah maupun menang, niscaya tim sepak bola kita akan maju. Ditambah lagi bila para supporter sudah mampu menjalankan nilai-nilai fair play dalam sepak bola, seperti menghormati keputusan wasit, menghormati klub lain terlebih bila mereka menjadi tamu dalam sebuah pertandingan, dan menghormati lagu kebangsaan, baik milik sendiri maupun negara lain bila sedang dikumandangkan.

Semoga saja dengan melihat prestasi
Kosta Rika, kesebelasan nasional Indonesia tidak lagi bermimpi untuk ikut Piala Dunia, melainkan mewujudkannya. Amin :)

Saturday 31 May 2014

An Inspirational-Emotinal Day

Suatu sore, aku pergi keliling ke Komplek Dirgantara-1, salah satu dari 10 Kompleks Perumahan TNI-AU di wilayah Halim Perdanakusuma. Tujuanku kesana adalah untuk sekedar membeli jus di sebuah warung bakso bernama "Bakso Solcap".

Ketika aku sudah memesan jus yang hendak kubeli, tiba tiba datang seorang bapak tua, yang dari logatnya, menurutku mungkin berasal dari wilayah Jawa barat, Rupanya dia seorang penjual serbet

"serbet..serbet, serbet dari bahan empuk, buat lap, bersih-bersih'' katanya denga suara parau

Tiba-tiba aku langsung terenyuh, "Ah mana jusnya udah dibuat lagi, segala uang ngepas lah" aku membatin dengan agak kecewa. "coba belum dibuat, kan bisa dikurangin mesen jusnya, terus bisa bantu bapak ini" kataku dalam hati,

"Serbet.. serbet, serbetnya bu" katanya lagi, namun tak satu pun orang menghiraukan. Aku pun semakin tidak enak hati. Mendadak aku teringat akan roti yang aku beli dari ''Alfamart'' sebelum menuju warung bakso ini, tanpa pikir panjang langsung aku tawarkan kepada bapak ini. Rupanya beliau sangat senang

"Terima kasih, nak" katanya dengan suara bergetar seraya memasukkan roti itu ke tasnya yang berisi kumpulan serbet

"Sama-sama, pak" jawabku

Tak lama, seorang penjaga warung berkata "masuk pak, ini ada bakso"

"Hah?" kataku terkejut, begitu pun dengan penjual serbet tsb. Beliau pun masuk dan duduk menimati bakso yang ditawarkan.

Tampak beliau begitu gembira, kemudian ditaruhnya tas berisi serbet yang tampak berat itu di sebelahnya dan ia memijat pundaknya yang, pastinya, pegal itu karena menahan beban berat untuk waktu lama. Kemudian beliau mulai menyantap makanannya.

Ketika membayar jus pesananku yang sudah selesai dibuat, aku bertanya pada si penjual, "ini ga apa-apa mas? ga ditanya yang empunya nanti, baksonya rugi semangkok?"

"Ya kalau ditanya, ya udahlah mas" katanya "tinggal potong upah saya aja" lanjutnya sambil cengar-cengir.

"Luar biasa" batinku sambil terheran-heran

Aku pun kemudian berpamitan pada bapak itu dan si penjual bakso, lalu pulang. Dalam perjalanan pulang aku terus memikirkan kejadian itu, sampai harus ditulis di sini, pagi ini.

Ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kejadian sore itu.

1. Jika seorang yang sudah renta saja tetap memilih bekerja utk memenuhi kebutuhan hidup, kenapa banyak orang yang lebih memilih mengemis?

2. Jika seorang yang sudah renta saja mampu memikul beban dagangan yang sangat berat, sambil berjalan kaki utk menawarkannya, Kenapa kita para pemuda malah bermalas-malasan?

3. Jika orang yang upahnya, katakanlah pas-pasan saja, mampu menolong orang yang membutuhkan, kenapa kita yang mendapat upah diatas UMP malah apatis dan anti-sosial?

4. Jika kita masih mampu makan, minimal, 3x sehari dan naik kendaraan untuk bepergian kemanapun, jangan pernah berpikir kalau kita punya masalah superberat. Apalagi cuma masalah cinta-cintaan atau galau belaka.

5. Di atas langt memang masih ada langit, tapi di bawah rumput masih ada tanah.

6. Terakhir, rasa bersalah karena kita tidak mampu menolong orang yang membutuhkan dengan maksimal adalah salah satu perasaan paling tidak menyenangkan sedunia.

So guys, have you been a useful and helpful person yet?

Tuesday 27 May 2014

A Poetry of 7K


I went to 7K tonight
I got a new sight
I think I can fight
I have something to commit

 
I was in 7K for a minute
I feel a new spirit
In myself to be translated
It is time to back

 
I was in 7K wearing black
I got paper to pack
and sphere to check
welcome to reality

 
I went to 7K and it is hommy
I am so happy
Now I know how it is going to be
I want to be better

 
I want a power
to cry the laughter in fire


British English vs American English



This is a story about Nate who lives in New York and Laura who lives in London
(Watch the Capitalized Words)

Nate lives in an APARTMENT and Laura lives in a FLAT. Every morning, when getting dressed, Nate puts on a pair PANTS and Laura puts on a pair of TROUSERS. Nate has two KIDS, while on the other side, Laura has four CHILDREN. Everyday, Nate changes the baby's DIAPER and Laura changes the baby's NAPPY.

When it's time to go work, Nate takes the SUBWAY, and Laura takes the UNDERGROUND (which is also called the TUBE). After getting stop at the right stop, Nate walks along the SIDEWALK and Laura walks along the PAVEMENT to reach their offices. Nate works on the FIRST FLOOR, and Laura works on the GROUND FLOOR. This means that Nate does not have to take the ELEVATOR and Laura does not have to take the LIFT. At work, Nate has to send the documents by MAIL, and Laura has to send them by POST.

During the day, Nate snacks on COOKIES, FRIES, and CHIPS. Laura eats the same things but she calls them BISCUITS, CHIPS, and CRISPS. Suddenly, both of them get stomachaches, so Nate goes to PHARMACY or DRUGSTORE and Laura goes to the CHEMIST'S SHOP to pick up some medicine.

Every weekend, Nate and Laura go shopping. They drive to the mall. Nate puts his car in the PARKING LOT, while Laura puts hers in the CAR PARK. Both of them buy a lot of stuff, so Nate puts the bags in the TRUNK and Laura puts them in the BOOT.

On the way home, Nate fills up his car with GAS, while Laura fills up hers with PETROL. At the station, Nate sees a TRUCK and Laura sees a LORRY. They both get home late. Nate needs to take out the TRASH or GARBAGE; Laura also needs to take out the RUBBISH. It's dark outside, so Nate takes a FLASHLIGHT and Laura uses a TORCH.

It's been a busy week for them, Nate thinks he might go CRAZY while Laura is afraid she will go MAD. At the end of the month, it is time for a VACATION for Nate, and a HOLIDAY for Laura.


Thank you for reading

Source click here




Monday 26 May 2014

We Are All Killer

We Are All Killer

Believe it or not.
We kill our babies slowly
everyday
by smoking next to them.

Believe it or not.
We kill out people slowly
everyday
by contributing in pollution.

Believe it or not.
We kill our country slowly
everyday
by keep thinking negatively.

Believe it or not.
We kill our planet slowly
everyday
by littering plastics to our soil and ocean.

Believe it or not.
We kill our precious time slowly
everyday
by keep looking down to our phones.

Believe it or not.
We kill our humanity slowly
everyday
by trying to not care about our neighborhood.

Believe it or not.
We kill ourselves slowly
everyday
by evolving into an antisocial person.

Believe it or not.
The end of world
is slowly getting closer.